TEKNIK
PENYUSUNAN LANDASAN TEORI
1. Pengertian Teori
Salah satu
unsur terpenting dalam penelitian yang memiliki peran sangat besar dalam
pelaksanaan penelitian adalah teori. Karena teori dengan unsur ilmiah
inilah yang akan mencoba menerangkan fenomena-fenomena sosial yang menjadi
pusat perhatian peneliti ( Masri Singarimbun & Sofyan Efendi, 1989:37).
Menurut
Kerlinger (1973:9), teori adalah serangkaian asumsi, konsep,
konstrak, definisi dan proposisi untuk menerangkan fenomena sosial secara
sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar variabel. Berdasar
pengertian tersebut, definisi teori mengandung tiga hal. Pertama, teori
adalah serangkaian proposisi antar konsep-konsep yang saling
berhubungan. Kedua, teori merangkan secara sistematis atau fenomena sosial
dengan sosial dengan cara menentukan hubungan antar konsep. Ketiga,
teori menerangkan fenomena-fenomena tertentu dengan cara menentukan konsep mana
yang berhubungan dengan konsep lainnya dan bagaimana bentuk hubungannya.
Dalam menyusun kerangka teori menurut Prof. Noeng
Muhadjir, dalam makalahnya yang berjudul ” Proses Mengkonstruksi Teori dan
Hipotesis”, bagian teori harus menampilkan bagian yang bulat yang disajikan
secara holistik, tetapi juga bukan sekedar penyajian konsep yang terpilah dan
terpecah-pecah, sehingga konsep tersebut akan lebih menarik untuk dikaji.
Tata fikir
yang ditawarkan dalam penyusunan kerangka teori menggunakan logika reflektif,
yaitu logika yang mondar-mandir antara proses berfikir induktif dan proses
berfikir deduktif, dan tidak dipermasalahkan dari mana harus dimulai. Alat
berfikir bukan hanya sekedar mendasarkan pada generalisasi dari rerata
keberagaman individul dan rerata frekuensi kejadian, tetapi juga konteks,
esensi, indikasi pragmatik, fungsional, atau yang lainnya.
Oleh karena
itu suatu teori tampil sebagai abstraksi, simplifikasi atau idealitas dari
fenomena, mungkin merupakan eksplanasi dan mungkin pula merupakan penafsiran
atas empiri. Pada dasarnya teori mengandung beberapa hal antara lain: asumsi,
postulat, tesis, hipotesis, proposisi dan sejumlah konsep. Dalam teori juga
terdapat idealisasi tentang tata hidup kemasyarakatan atau tata hidup alam
semesta. Validasi suatu teori diuji atas kemampuannya
memberikan evidensi empirik.
2. Fungsi
Teori
Sesuai
dengan definisi Kerlinger (1973), bahwa teori adalah seperangkat konstruk
(konsep), definisi, dan proporsi [1]yang menyajikan gejala-gejala
sistematis, merinci hubungan antar variable-variabel, dengan tujuan
meramalkan dan menerangkan gejala tersebut, maka teori memiliki fungsi antara
lain:
a. Menyediakan kerangka konsepsi penelitian, dan memberikan
pertimbangan perlunya penyelidikan
b. Melalui teori kita dapat membuat pertanyaan yang terinci
untuk penyidikan.
c. Menunjukkan hubungan antar variable yang diteliti.
d. Kajian pustaka meliputi pengidentifikasian secara
sistematis, penemuan, dan analisis dokumen-dokumen yang memuat informasi
yang berkaitan dengan masalah penelitian.
3. Fungsi
Kajian Pustaka
Untuk
menemukan teori yang akan dijadikan sebagai acuan dalam penelitian, maka perlu
adanya kajian pustaka memiliki beberapa fungsi:
1. Menyediakan kerangka konsepsi atau teori yang direncanakan
2. Menyediakan informasi tentang penelitian-penelitian
terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang akan datang.
3. Memberikan rasa percaya diri sebab melalui kajian pustaka
semua konstruk yang berhubungan dengan penelitian kita tersedia.
4. Memberikan informasi-informasi tentang metode-metode
penelitian yang digunakan , populasi dan sample, instrumen dalam
pengumpulan data dan penghitungan-penghitungan statistic yang digunakan pada
penelitian sebelumnya.
5. Menyediakan temuan-temuan, kesimpulan-kesimpulan
penyelidikan yang dapat dihubungkan dengan penemuan dan kesimpulan kita.
6. Kepustakaan penelitian meliputi laporan-laporan yang
diterbitkan dari penelitian yang sebelumnya.
Kepustakaan
konseptual adalah meliputi artikel-artikel atau buku-buku yang ditulis oleh para
ahli yang memberikan pendapat, pengalaman, teori-teori atau ide-ide tentang apa
yang baik atau buruk, hal-hal yang diinginkan dan tidak diinginkan dalam
masalah.
4.
Penyusunan Landasan Teori
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti dalam menyusun kerangka/
landasan teori, antara lain:
a. Kerangka teori sebaiknya menggunakan acuan yang
berhubungan dengan permasalahan yang diteliti dan acuan-acuan yang berupa hasil
penelitian terdahulu (bisa disajikan di Bab II atau dibuat sub-bab tersendiri).
b. Cara penulisan dari subbab ke subbab yang lain harus
tetap mempunyai keterkaitan yang jelas dengan memperhatikan aturan penulisan
pustaka.
c. Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik, studi
pustaka harus memenuhi prinsip kemutakhiran dan keterkaitannya dengan
permasalahan yang ada. Apabila menggunakan literatur dengan beberapa edisi,
maka yang digunakan adalah buku dengan edisi terbaru, jika referensi tidak
terbit lagi, referensi tersebut adalah terbitan terakhir. Dan bagi yang
menggunakan Jurnal sebagai referensi pembatasan tahun terbitan tidak berlaku.
d. Semakin banyak sumber bacaan, maka kualitas
penelitian yang akan dilakukan semakin baik, terutama sumber bacaan yang terdiri
dari teks book atau sumber lain misalnya jurnal, artikel
dari majalah, Koran, internet dan lain-lain.
e. Pedoman kerangka teori di atas berlaku untuk semua jenis
penelitian.
f. Teori bukan merupakan pendapat pribadi (kecuali pendapat
tersebut sudah ditulis di BUKU).
g. Pada akhir kerangka teori bagi penelitian korelasional
disajikan model teori, model konsep (apabila diperlukan) dan model hipotesis
pada subbab tersendiri, sedangkan penelitian studi kasus cukup menyusun Model
teori dan beri keterangan. Model teori
dimaksud merupakan kerangka pemikiran penulis dalam penelitian yang sedang
dilakukan. Kerangka itu dapat berupa kerangka dari ahli yang sudah ada, maupun
kerangka yang berdasarkan teori-teori pendukung yang ada. Dari kerangka
teori yang sudah disajikan dalam sebuah skema, harus dijabarkan jika dianggap
perlu memberikan batasan-batasan, maka asumsi-asumsi harus dicantumkan.
Contoh:
Judul : Hubungan antara Tingkat
Relegiusitas dengan Prestasi Belajar Siswa MAN I Samarinda
RM :
Apakah ada hubungan antara tingkat relegiusitas dengan prestasi belajar siswa
MAN I Samarinda
Ha : Ada Hubungan antara tingkat relegiusitas dengan
prestasi belajar siswa MAN I Samarinda
Bagaimana cara membangun atau membuat
konstruksi landasan teori?
Misal: Variabel penelitian terdiri dari variabel
Tingkat relegisuitas (X) dan prestasi belajar siswa (Y) Jadi kontruksi Landasan
teori dalam penelitian tersebut, sebagai berikut:
Religiuitas
1. Pengertian Relegiusitas
2. Dimensi-dimensi Relegiusitas
3. Hubungan antar Dimensi Relegiusitas
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Relegiusitas
Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
TEKNIK PENYUSUNAN LANDASAN TEORI
1. Pengertian Teori
Salah satu
unsur terpenting dalam penelitian yang memiliki peran sangat besar dalam
pelaksanaan penelitian adalah teori. Karena teori dengan unsur ilmiah
inilah yang akan mencoba menerangkan fenomena-fenomena sosial yang menjadi
pusat perhatian peneliti ( Masri Singarimbun & Sofyan Efendi, 1989:37).
Menurut
Kerlinger (1973:9), teori adalah serangkaian asumsi, konsep,
konstrak, definisi dan proposisi untuk menerangkan fenomena sosial secara
sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar variabel. Berdasar
pengertian tersebut, definisi teori mengandung tiga hal. Pertama, teori
adalah serangkaian proposisi antar konsep-konsep yang saling
berhubungan. Kedua, teori merangkan secara sistematis atau fenomena sosial
dengan sosial dengan cara menentukan hubungan antar konsep. Ketiga,
teori menerangkan fenomena-fenomena tertentu dengan cara menentukan konsep mana
yang berhubungan dengan konsep lainnya dan bagaimana bentuk hubungannya.
Dalam menyusun kerangka teori menurut Prof. Noeng
Muhadjir, dalam makalahnya yang berjudul ” Proses Mengkonstruksi Teori dan
Hipotesis”, bagian teori harus menampilkan bagian yang bulat yang disajikan
secara holistik, tetapi juga bukan sekedar penyajian konsep yang terpilah dan
terpecah-pecah, sehingga konsep tersebut akan lebih menarik untuk dikaji.
Tata fikir
yang ditawarkan dalam penyusunan kerangka teori menggunakan logika reflektif,
yaitu logika yang mondar-mandir antara proses berfikir induktif dan proses
berfikir deduktif, dan tidak dipermasalahkan dari mana harus dimulai. Alat
berfikir bukan hanya sekedar mendasarkan pada generalisasi dari rerata
keberagaman individul dan rerata frekuensi kejadian, tetapi juga konteks,
esensi, indikasi pragmatik, fungsional, atau yang lainnya.
Oleh karena
itu suatu teori tampil sebagai abstraksi, simplifikasi atau idealitas dari
fenomena, mungkin merupakan eksplanasi dan mungkin pula merupakan penafsiran
atas empiri. Pada dasarnya teori mengandung beberapa hal antara lain: asumsi,
postulat, tesis, hipotesis, proposisi dan sejumlah konsep. Dalam teori juga
terdapat idealisasi tentang tata hidup kemasyarakatan atau tata hidup alam
semesta. Validasi suatu teori diuji atas kemampuannya
memberikan evidensi empirik.
2. Fungsi
Teori
Sesuai
dengan definisi Kerlinger (1973), bahwa teori adalah seperangkat konstruk
(konsep), definisi, dan proporsi [1]yang menyajikan gejala-gejala
sistematis, merinci hubungan antar variable-variabel, dengan tujuan
meramalkan dan menerangkan gejala tersebut, maka teori memiliki fungsi antara
lain:
a. Menyediakan kerangka konsepsi penelitian, dan memberikan
pertimbangan perlunya penyelidikan
b. Melalui teori kita dapat membuat pertanyaan yang terinci
untuk penyidikan.
c. Menunjukkan hubungan antar variable yang diteliti.
d. Kajian pustaka meliputi pengidentifikasian secara
sistematis, penemuan, dan analisis dokumen-dokumen yang memuat informasi
yang berkaitan dengan masalah penelitian.
3. Fungsi
Kajian Pustaka
Untuk
menemukan teori yang akan dijadikan sebagai acuan dalam penelitian, maka perlu
adanya kajian pustaka memiliki beberapa fungsi:
1. Menyediakan kerangka konsepsi atau teori yang direncanakan
2. Menyediakan informasi tentang penelitian-penelitian
terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang akan datang.
3. Memberikan rasa percaya diri sebab melalui kajian pustaka
semua konstruk yang berhubungan dengan penelitian kita tersedia.
4. Memberikan informasi-informasi tentang metode-metode
penelitian yang digunakan , populasi dan sample, instrumen dalam
pengumpulan data dan penghitungan-penghitungan statistic yang digunakan pada
penelitian sebelumnya.
5. Menyediakan temuan-temuan, kesimpulan-kesimpulan
penyelidikan yang dapat dihubungkan dengan penemuan dan kesimpulan kita.
6. Kepustakaan penelitian meliputi laporan-laporan yang
diterbitkan dari penelitian yang sebelumnya.
Kepustakaan
konseptual adalah meliputi artikel-artikel atau buku-buku yang ditulis oleh para
ahli yang memberikan pendapat, pengalaman, teori-teori atau ide-ide tentang apa
yang baik atau buruk, hal-hal yang diinginkan dan tidak diinginkan dalam
masalah.
4.
Penyusunan Landasan Teori
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti dalam menyusun kerangka/
landasan teori, antara lain:
a. Kerangka teori sebaiknya menggunakan acuan yang
berhubungan dengan permasalahan yang diteliti dan acuan-acuan yang berupa hasil
penelitian terdahulu (bisa disajikan di Bab II atau dibuat sub-bab tersendiri).
b. Cara penulisan dari subbab ke subbab yang lain harus
tetap mempunyai keterkaitan yang jelas dengan memperhatikan aturan penulisan
pustaka.
c. Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik, studi
pustaka harus memenuhi prinsip kemutakhiran dan keterkaitannya dengan
permasalahan yang ada. Apabila menggunakan literatur dengan beberapa edisi,
maka yang digunakan adalah buku dengan edisi terbaru, jika referensi tidak
terbit lagi, referensi tersebut adalah terbitan terakhir. Dan bagi yang
menggunakan Jurnal sebagai referensi pembatasan tahun terbitan tidak berlaku.
d. Semakin banyak sumber bacaan, maka kualitas
penelitian yang akan dilakukan semakin baik, terutama sumber bacaan yang terdiri
dari teks book atau sumber lain misalnya jurnal, artikel
dari majalah, Koran, internet dan lain-lain.
e. Pedoman kerangka teori di atas berlaku untuk semua jenis
penelitian.
f. Teori bukan merupakan pendapat pribadi (kecuali pendapat
tersebut sudah ditulis di BUKU).
g. Pada akhir kerangka teori bagi penelitian korelasional
disajikan model teori, model konsep (apabila diperlukan) dan model hipotesis
pada subbab tersendiri, sedangkan penelitian studi kasus cukup menyusun Model
teori dan beri keterangan. Model teori
dimaksud merupakan kerangka pemikiran penulis dalam penelitian yang sedang
dilakukan. Kerangka itu dapat berupa kerangka dari ahli yang sudah ada, maupun
kerangka yang berdasarkan teori-teori pendukung yang ada. Dari kerangka
teori yang sudah disajikan dalam sebuah skema, harus dijabarkan jika dianggap
perlu memberikan batasan-batasan, maka asumsi-asumsi harus dicantumkan.
Contoh:
Judul : Hubungan antara Tingkat
Relegiusitas dengan Prestasi Belajar Siswa MAN I Samarinda
RM :
Apakah ada hubungan antara tingkat relegiusitas dengan prestasi belajar siswa
MAN I Samarinda
Ha : Ada Hubungan antara tingkat relegiusitas dengan
prestasi belajar siswa MAN I Samarinda
Bagaimana cara membangun atau membuat
konstruksi landasan teori?
Misal: Variabel penelitian terdiri dari variabel
Tingkat relegisuitas (X) dan prestasi belajar siswa (Y) Jadi kontruksi Landasan
teori dalam penelitian tersebut, sebagai berikut:
Religiuitas
1. Pengertian Relegiusitas
2. Dimensi-dimensi Relegiusitas
3. Hubungan antar Dimensi Relegiusitas
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Relegiusitas
Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar