AYAT AL-QURAN YANG BERKAITAN DENGAN PAKAIAN/BUSANA/TEKSTIL
Berbusana atau menutup aurat pada dasarnya merupakan hak manusia yang
diaktualkan pada saat mereka memiliki kesadaran. Bahkan semenjak bapak kita
yang pertama Adam AS telah memiliki pakaian untuk menutupi aurotnya, juga siti
Hawa.
Namun di peradaban yang lain, ternyata masih ada golongan yang belum
mengenal pakaian, seperti di Athena kuno, sezaman dengan filosof termasyhur
Plato, menurut sejarahwan ternyata mereka bersosialisasi tanpa menggunakan
sehelai pakaian pun.
Dari fenomena ini kemudian timbul beberapa pertanyaan yang terkait, seperti
apa makna pakaian itu sendiri, apa fungsinya, dan seperti apa pakaian yang
dianjurkan dalam Alquran?
Al
A’raf:26
يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنْزَلْنَا
عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ
خَيْرٌ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ
"Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian
untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa
itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda
kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat"
Kosa Kata
رِيْشَ = pakaian yang indah untuk perhiasa. Kata ini pada mulanya berarti bulu
burung. Sebagaimana bulu pada burung menjadi hiasan baginya, begitu pula dengan
kata risy pada ayat ini maksudnya adalah pakaian yang indah
untuk hiasan.
قَبِيْلُهُ = pengikut-pengikutnya. Akar katanya adalah ق-ب-ل yang
artinya sesuatu yang berhadp-hadapan.
Tafsir Ayat
Ayat ini menjelaskan dua fungsi pakaian, yaitu penutup aurat dan perhiasan.
Sebagian ulama bahkan menyatakan bahwa ayat ini berbicara tentang fungsi ketiga
pakaian, yaitu fungsi takwa. Dalam arti pakaian dapat menghindarkan terjerumus
ke dalam bencana dan kesulitan, baik bencana duniawi dan ukhrawi.
لِبَاسُ التَّقْوَى (libasut taqwa) dibaca oleh imam nafi’ ibnu
amir, al-kisa’i dan abu ja’far dengan nashab (dibaca libasa sehingga
kedudukannya sebagai objek penderita). Ini berarti sama dengan pakaian-pakaian lain
yang diciptakan, dan tentunya pakaian ini tidak berbentuk abstrak, melainkan
konkrit. Takwa yang dimaksud adalah pemeliharaan, sehingga yang dimaksud
pakaian takwa adalah pakaian berupa perisai yang digunakan dalam peperangan
untuk memelihara dan menghindarkan pemakainya dari luka dan bencana.
Ada juga yang membaca libasu at-taqwa, sehingga katatersebut tidak
berkedudukan sebagai objek. Namun salah satu makna yang dikandungnya adalah
adanya pakaian bathin yang dapat menghindarkan seseorang dari bencana duniawi
dan ukhrawi.
An-Nahl
81
وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِمَّا خَلَقَ
ظِلالا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنَ الْجِبَالِ أَكْنَانًا وَجَعَلَ لَكُمْ سَرَابِيلَ
تَقِيكُمُ الْحَرَّ وَسَرَابِيلَ تَقِيكُمْ بَأْسَكُمْ كَذَلِكَ يُتِمُّ
نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تُسْلِمُونَ
"Dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia
ciptakan, dan Dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan
Dia jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi)
yang memelihara kamu dalam peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan
nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepada-Nya)"
Tafsir ayat
وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِمَّا خَلَقَ
ظِلالا
"Dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia
ciptakan"
Menurut qatadah, makna yang dimaksud adalah pohon.
وَجَعَلَ لَكُمْ مِنَ الْجِبَالِ أَكْنَانًا
"Dan Dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung"
Yaitu benteng-benteng dan tempat-tempat perlindungan.
Seperti juga yang disebutkan dalam firman selanjutnya:
وَجَعَلَ لَكُمْ سَرَابِيلَ تَقِيكُمُ
الْحَرَّ
"dan Dia jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas"
Maksudnya adalah pakaian yang terbuat dari katun, kapas dan bulu.
وَسَرَابِيلَ تَقِيكُمْ بَأْسَكُمْ
"dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan"
Pakaian jenis ini adalah seperti baju besi, tameng, dan lain sebagainya
yang digunakan untuk melindungi diri dalam peperangan.
كَذَلِكَ يُتِمُّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ
Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah diri
(kepada-Nya).
Artinya, demikianlah dia menjadikan bagi kalian apa yang dapat kalian
jadikan sebagai sarana untuk urusan kalian, dan apa yang kalian perlukan agar
hal tersebut dapat dijadikan sebagai sarana bagi kalian untuk mengerjakan
ketaatan dan beribadah kepada-Nya.
لَعَلَّكُمْ تُسْلِمُونَ
Lafadz تُسْلِمُونَ menurut tafsir jumhur ulama, dibaca
dengan huruf lam yang di-kasrah-kan, yang berasal dari
kata إِسْلاَم. Abdullah Ibnul Mubarak dan Abbad ibnul Awam telah
meriwayatkan dari Hnzalah as-Sadusi, dari Sahr ibnu Hausyab, dari ibnu Abbas,
bahwa ibnu Abbas membacanya dengan huruf lam yang di-fathah-kan,
yakni agar kalian selamat dari pelukan. Abu Ubaid al-Qasim ibnu Salam telah
meriwayatkan asal ini dari Abbad. Ibnu Jarir mengetengahkannya dari dua jalur,
dan ia menjawab qira’at ini.
Qatadah mengatakan bahwa surat ini dinamakan “surat an-Ni’am” karena
beliau melihat dari firman-Nya كَذَلِكَ يُتِمُّ نِعْمَتَهُ. Ata
al-Khurrasani mengatakan, sesungguhnya al-Qur’an ini diturunkan hanya sebatas
pengetahuan orang-orang Arab. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa tidakkah
engkau melihat firman Allah Swt. berikut:
وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ
مِمَّا خَلَقَ ظِلالا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنَ الْجِبَالِ أَكْنَانًا
Dan Allah menjadikan bagi kalian tempat barnaung dari apa yang telah
diciptakan, dan dia jadikan bagi kalian tempat-tempat tinggal di gunung-gunung.
Padahal lembah atau daratan rendah yang diciptakan oleh Allah Swt. jauh
lebih luas dan lebih besar daripada pegunungan. Dikatakan demikian karena
mereka (orang-orang Arab) adalah orang-orang pegunungan.
Surat
Al-A’raf ayat 31 – 32
يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ
كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ
الْمُسْرِفِي
قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي
أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ ۚ قُلْ هِيَ لِلَّذِينَ
آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ كَذَٰلِكَ
نُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
31. "Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki)
mesjid, Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan"
32. Katakanlah: “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah
dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan)
rezki yang baik?” Katakanlah: “Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang
beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat.”
Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.
Tafsir
Perintah makan dan minum, lagi tidak berlebih-lebihan, yakni tidak
melampaui batas, merupakan tuntunan yang harus disesuaikan dengan kondisi
setiap orang. Ini karena kadar tertentu yang dinilai cukup untuk seseorang,
boleh jadi telah dinilai melampaui batas atau belum cukup buat orang lain. Atas
dasar itu, kita dapat berkata bahwa penggalan ayat tersebut mengajarkan sikap
proporsional dalam makan dan minum.
Menurut Ibnu Katsir dalam tafsirnya yang dimaksud zinah dalam ayat ini
ialah pakaian, yaitu pakaian yang menutup aurot, terbuat dari kain yang baik
dan bahan lainnya yang dapat dijadikan pakaian. Mereka diperintahkan untuk
memakai pakaiannya yang indah disetiap memasuki masjid.
Berdasarkan ayat ini dan hadis yang menerangkan hal yang semisal,
disunahkan memakai pakaian yang indah disaat hendak melakukan salat, terlebih
lagi salat jum’at dan shalat hari raya. Disunatkan pula memakai wewangian,
karena wewangian termasuk ke dalam pengertian perhiasan. Juga disunahkan
bersiwak, mengingat siwak merupakan kesempurnaan bagi hal tersebut.
Pakaian yang paling utama ialah yang berwarna putih, seperti yang telah
diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Bahwa
Pakailah pakaian kalian yang berwarna putih, karena sesungguhnya pakaian
putih adalah pakaian terbaik kalian, dan kafankanlah dengannya orang-orang mati
kalian. Dan sesungguhnya sebaik-baik celak kalian memakai ismid, karena
sesunnguhnya ismid itu dapat mencerahkan pandangan mata dan menumbuhkan rambut.
Kata Akhraja dikeluarkan dalam firman-Nya (اخرج لعبا ده),
dipahami dalam arti dinampakkan olehNya dengan mengilhami manusia mendambakan
keindahan, mengekspresikan dan menciptakan, kemudian menikmatinya, baik dalam
rangka menutuoi apa yang buruk pada dirinya, maupun untuk menambah
keindahannya. Keindahan adalah satu dari tiga hal yang yang mencerminkan
ketinggian peradaban manusia. Mencari yang benar menciptakan ilmu, berbuat yang
baik membuahkan etika, dan mengekspresikan yang indah melahirkan seni. Ketiga
hal itu, ilmu, etika, dan seni adalah tiga pilar yang menghasilkan
peradaban.
Bahwa yang dituntun untuk digunakan dari rezeki adalah yang
baik-baik mengandung yang menggunakan apa yang sesuai dengan kondisi manusia,
baik dalam kedudukannya sebagai jenis, maupun pribadi demi pribadi. Manusia
sebagai satu jenis makhluk yang memiliki ciri-ciri tertentu jasmani maupun
rohani, tentu saja mempunyai kebutuhan bagi kelanjutan dan kenyamanan hidupnya
rohani dan jasmani. Karena itu tidak semua yang terhampar di bumi dapat dia
makan atau gunakan. Ada diantara yang terhampar itu, yang disiapkan Allah
bukan untuk dia gunakan atau makan, tetapi untuk digunakan dan dimakan oleh
jenis yang lain yang keberadaannya dibutuhkan manusia. Karbondioksida tidak
dibutuhkan manusia tetapi ia diciptakan Allah karena dibutuhkan oleh tumbuhan
demi kelangsungan hidup jenis itu, dan disisi lain tumbuhan tersebut dibutuhkan
manusia. Oksigen dikeluarkan oleh tumbuhan, tetapi ia amat dibutuhkan oleh
jenis manusia. Demikian terlihat, apa yang baik untuk satu jenis makhluk boleh
jadi tidak baik untuk satu jenis makhluk boleh jadi tidak baik untuk jenis
makhluk lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar